Prolog

Jujur saja, ngeblog is not my hobby. Ngeblog just iseng-isengan ae lah. Blog ini cuma buat nuangin segala isi hati, kepala, telinga, dada, kaki alias sikil, tangan, dan organ tubuh saya yang lainnya, termasuk yang rahasia itu. Nama saya juga seperti sebuah keisengan, Pangeran Shry Naga Poespa. Bermarga Naga menjadi sebuah kebanggaan, bukan sekedar hobi tentunya. Lahir di Canary, pada 09 Juni 1990. Menjadi penengah atau anak ke-4 dari 6 bersaudara. Beristrikan Intan Rafika Permata Hati. Putri cantik dan mempesona dari Loktuan-Bontang. Memiliki cita-cita sebagai insan paripurna. Misalnya, menjadi petani dengan pekerjaan sampingan sebagai rektor sebuah perguruan tinggi.

Berita Kita

Semoga artikel, opini, puisi, atau apapun yang ada dalam blog ini bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Minggu, 21 Oktober 2012

Sekilas Hermeneutika Hans-Georg Gadamer

Berawal dari ketertarikan terhadap beberapa tokoh hermeneutika, Rekreasi dalam Kreasi akan memaparkan sedikit pengenalan tentang biografi dan pokok pemikiran Hans-Georg Gadamer.

Dalam ranah hermeneutika, dikenal beberapa orang tokoh yang memiliki kapasitas mumpuni dan keahlian dengan spesifikasi aliran hermeneutika mereka masing-masing. Salah satu di antara mereka adalah Hans-Georg Gadamer, seorang tokoh hermeneutika beraliran hermeneutika filosofis.
1.      Biografi Hans-Georg Gadamer 
Dia dilahirkan di kota Breslau[1] pada tanggal 11 Februari 1900. Ayahnya seorang guru besar kimia dan dianggap sebagai seorang ahli yang terpandang di bidangnya. Gadamer belajar filsafat di Universitas Breslau di kota asalnya, pada Nikolai Hartmann dan Martin Heidegger serta Paul Natorp. Juga belajar filsafat dari Rudolf Bultmann, seorang theolog Protestan yang terkenal dan pemikir berpengaruh dalam bidang hermeneutika.
Pada tahun 1922, dia telah meraih gelar doktor filsafat, dengan disertasi tentang Plato, di bawah bimbingan Paul Natorp. Meski sudah meraih gelar doktor, dia tetap mengikuti kuliah Heidegger di Freiburg, karena sangat mengagumi pemikiran Heidegger, sampai Heidegger diangkat guru besar di Marburg.
Dalam periode nasional-sosialisme, Gadamer tidak mau melibatkan diri dalam politik. Dan karena banyak guru besar yang diberhentikan oleh rezim nasional-sosialisme di universitas-universitas Jerman, maka pada tahun 1933, dia disuruh mengajar di Universiatas Kiel untuk menggantikan dosen yang dipecat. Pada tahun 1937, dia sudah diangkat sebagai Guru Besar di Marburg. Sedangkan pada tahun 1939, dia dipindah ke Universitas Leipzig, Jerman Timur, sebagai Guru Besar penuh dan pada tahun 1947 pindah ke Frankfurt am Main. Dan mulai tahun 1949, ia mengajar di Heidelberg sampai dia pensiun pada tahun 1968. Sesudah pensiun, dia sering memenuhi undangan untuk mengajar di Amerika Serikat dan memberi ceramah di Jerman atau tempat lain. Pada usia yang lanjut, dia masih sering ikut dalam diskusi filosofis, hingga dia termasuk ahli filsafat yang populer di Jerman. Sebelum pensiun, dia menerbitkan buku berjudul Truth and Method (edisi Inggris), yang membuatnya mencapai puncak karir. Gagasan Gadamer sangat berpengaruh dalam ilmu-ilmu humaniora.
Dengan buku Truth and Method sebagai magnum opus-nya, membuat Gadamer sebagai ahli filsafat terkenal di bidang hermeneutika filsafat. Penerbitan buku tersebut bisa dinilai sebagai kejadian penting, setidaknya dalam bidang hermeneutika, dalam sejarah filsafat Jerman abad 20. Pada edisi terbitan 1965, ada tambahan dalam pendahuluan, di mana Gadamer menjelaskan maksudnya, sekaligus menjawab keberatan-keberatan yang dilontarkan oleh pemikir-pemikir mitranya.
Meski begitu, bukanlah hal yang mudah untuk memahami karya-karya Gadamer. Kesulitan dalam memahaminya, terletak pada:
a.      Menurut faktanya, filsafat hermeneutika Gadamer didasarkan pada pemikiran hermeneutika. Alasan Gadamer, sangat mengandalkan analisis kritisnya tentang bahasa, kesadaran historis serta pengalaman tentang estetika. Apakah analisisnya itu menghapus dasar-dasar hermeneutika atau gagasan Gadamer lebih abstrak, tidak historis dan lebih orisinal? Analisis pada Truth and Method, menunjukkan usaha untuk menghindari pembahasan yang lebih, terhadap sejarah sebagai titik tolak atau dasar pemikiran tentang kebenaran.
b.      Gagasan dalam Truth and Method tanpa garis batas dan ketertutupan tanpa penjabaran. Gagasan tersebut menerangkan pembedaan tanpa disertai pemilahan perbedaan.
2.      Pokok Pemikiran
Dalam hal peristiwa, waktu, teks, ataupun pembaca teks, Hans Gadamer berbeda dengan Schleiermacher dan Dilthey. Gadamer berpendapat, memang ada kesenjangan waktu antara pembaca dengan pengarang, namun tidak harus diatasi seolah-olah sebagai sesuatu yang negatif, melainkan malah harus dipikirkan sebagai perjumpaan horison-horison pemahaman. Pembaca bisa memperkaya horison pemahamannya dengan membandingkan terhadap horison pengarang. Dari sini bisa dimengerti, bahwa bagi Gadamer, hermeneutika tidak hanya bersifat reproduktif saja, tapi juga produktif. Menurut dia, makna bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Jadi dalam hal ini, kerja hermeneutika itu proses kreatif.
Hermeneutika Gadamer dalam penilaian Kaelan, tidak hanya merupakan hermeneutika filosofis saja, namun juga sebagai suatu filsafat hermeneutika. Artinya, pemikiran Gadamer itu tidak hanya memusatkan salah satu tugas filsafat saja (teori hermeneutika), melainkan juga mencakup banyak tugas lainnya yang mungkin ada. Pemikiran ini memandang semua tema yang ada bagi filsafat, dari segi tertentu yaitu hermeneutika.[2]
Gadamer menekankan, bahwa mengerti mempunyai struktur lingkaran. Maksudnya, agar seseorang dapat mengerti, maka sudah harus ada pengertian dan untuk mencapai pengertian, haruslah bertolak dari pengertian. Mudahnya, untuk mengerti suatu teks, sebelum itu telah ada pengertian tertentu tentang apa yang dibicarakan dalam teks itu. Tanpa hal tersebut, tidak mungkin seseorang memperoleh pengertian tentang teks tersebut. Jadi dengan membaca teks tersebut, prapengertian terwujud dalam pengertian yang sungguh-sungguh. Proses itulah yang disebut sebagai lingkaran hermeneutika oleh Heidegger dan Gadamer. Meski begitu, lingkaran sudah terdapat pada taraf yang paling fundamental, yang menandai keberadaan seseorang. Atau, mengerti tentang dunia bisa menjadi mungkin, jika telah ada prapengertian tentang dunia dan diri kita sendiri, yang memungkinkan keberadaan kita.
Pada intinya, Gadamer adalah seorang yang anti metode. Pemahaman bersifat meta-metodis, yaitu pemahaman tidak dihasilkan lewat metode, tetapi lewat dialektika. Konsep hermeneutika Gadamer juga sangat bisa diterapkan dalam studi Islam, dengan penjelasan yang panjang lebar tentunya.

terimakasih atas kunjungannya ke gherafika



[1] K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer: Inggris – Jerman, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cet. IV, 2002, hal. 254. Sedangkan E. Sumaryono, Op. Cit., hal. 67, tanpa menyebut tanggal dan bulan, sedangkan kotanya bukan Breslau tapi Marburg.
[2] Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Paradigma, Yogyakarta, Cet. III, 2002, hal. 207.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Rekreasi Dalam Kreasi . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates