Prolog

Jujur saja, ngeblog is not my hobby. Ngeblog just iseng-isengan ae lah. Blog ini cuma buat nuangin segala isi hati, kepala, telinga, dada, kaki alias sikil, tangan, dan organ tubuh saya yang lainnya, termasuk yang rahasia itu. Nama saya juga seperti sebuah keisengan, Pangeran Shry Naga Poespa. Bermarga Naga menjadi sebuah kebanggaan, bukan sekedar hobi tentunya. Lahir di Canary, pada 09 Juni 1990. Menjadi penengah atau anak ke-4 dari 6 bersaudara. Beristrikan Intan Rafika Permata Hati. Putri cantik dan mempesona dari Loktuan-Bontang. Memiliki cita-cita sebagai insan paripurna. Misalnya, menjadi petani dengan pekerjaan sampingan sebagai rektor sebuah perguruan tinggi.

Berita Kita

Semoga artikel, opini, puisi, atau apapun yang ada dalam blog ini bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Kamis, 11 Oktober 2012

Tahun Baru, Paradigma Baru



Beberapa hari lagi kita akan menutup tahun 2011 dan membuka altar tahun baru, tahun 2012. Berbagai catatan mengiringi pergantian tahun kali ini. Rangkaian fenomena yang terjadi selama kurun tahun 2011 menjadi bahan refleksi bagi kita untuk memperbaiki diri di masa-masa selanjutnya. Entah itu prestasi, dinamika, stagnansi, maupun degradasi posisi sekalipun, merupakan bab-bab pengalaman yang semestinya dijadikan acuan dan pelajaran untuk menjawab semua problematika kebangsaan di tahun 2012 nanti.
Tahun 2011 yang sebentar lagi akan berakhir ini, dalam perjalanannya diiringi oleh prestasi-prestasi bangsa yang bisa digolongkan luar biasa. Di antaranya adalah tertangkapnya beberapa gembong teroris dan koruptor kelas kakap seperti Gayus Tambunan. Contoh lain dan yang masih terngiang dalam bingkai ingatan kita adalah kesuksesan bangsa Indonesia menyelenggarakan ajang ASEAN Games beberapa waktu lalu, yang lebih berkesan lagi ketika kita mampu menahbiskan diri sebagai juara umum.
Yang perlu kita cermati juga, leksikon perjalanan yang dilalui oleh bangsa ini dan masyarakatnya selama tahun 2011 begitu bervariasi warna. Ada dinamika yang terjadi, di mana kondisi masyarakat dalam berbagai aspeknya mengalami naik turun. Kadang senang dan kadang turun. Sementara orang-orangnya, suatu ketika mengumbar janji dan di saat yang lain dia mengingkari. Itulah dinamika. Ada pula stagnansi yang pernah terjadi di tahun 2011 ini. Dapat kita saksikan bagaimana pengentasan beberapa kasus korupsi dan kasus-kasus lain di negeri ini bersifat jalan di tempat. Entah mengapa, beberapa permasalahan diendapkan begitu saja, tanpa ada langkah lebih lanjut. Yang lebih miris lagi, acapkali selama tahun 2011 ini kita mengalami “degradasi” atau “dehidrasi” kinerja dan dedikasi. Bahkan ada beberapa survey yang secara umum menunjukkan bahwa sebagian politikus muda tidak memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pembangunan bangsa. Jelas ini merupakan pukulan dan pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan.
Prestasi, dinamika, stagnansi, dan bentuk-bentuk realita lain yang terjadi selama tahun 2011 menjadi rangkaian bahan refleksi dan perenungan sebelum kita benar-benar melepas tahun ini. Kita tidak ingin meninggalkan tahun ini dengan perasaan kecewa, marah, atau juga malu. Semestinya kita menyongsong tahun 2012 dengan kepala tegak lantaran di tahun kemarin kita mengukir prestasi dan dinamika positif yang membanggakan. Jikapun sudah terlanjur kecewa, marah, atau malu, maka tugas besar yang harus diemban pada tahun baru mendatang adalah menghapus semua perasaan tersebut.
Ada beberapa aspek yang harus kita rubah untuk tidak terjerembab lagi dalam kekacauan bertingkah laku di masyarakat. Salah satunya adalah paradigma apatis yang tidak mengindahkan situasi masyarakat di bangsa ini. Paradigma apatis ini sendiri dianut oleh sebagian pejabat dan politikus di negeri ini. Ciri-cirinya, dalam kinerjanya mereka terjebak dalam egosentris yang dalam, mementingkan individu maupun golongan tertentu (ashabiyah), serta lebih mengedepankan sisi profit (keuntungan) yang akan mereka raih. Golongan ini tidak terlalu memikirkan bagaimana efek positif dari peran yang mereka mainkan dalam stratifikasi sosial yang ada. Akibatnya fatal, di antaranya adalah menjamurnya korupsi dan nepotisme yang tentunya sangat merugikan.
Selain paradigma apatis, sebagian kita,  selama tahun 2011 atau bahkan sudah sejak lama, juga mengidap paradigma retoris. Sederhananya, paradigma retoris adalah konsep berpikir yang dalam praktiknya didominasi oleh teori-teori vokal yang diaplikasikan hanya sebagian  kecilnya saja. Faktanya, banyak pejabat maupun politikus yang memiliki kelakuan seperti ini. Sering kita saksikan betapa banyak kebijakan yang dibuat hanya untuk memenuhi diskusi sebuah forum. Ironinya, ketika muncul sebuah masalah, mereka berlomba-lomba mengajukan ide-ide brilian, namun sayangnya tidak segera direalisasikan sampai masalah itu larut dalam perdebatan publik. Akan lebih parah lagi apabila retorika yang dibawakan hanya sebagai pengantar kekuasaan, bukan semata untuk kesejahteraan rakyat.
Merubah paradigma adalah sebuah pekerjaan besar. Kita butuh kebersamaan untuk melakukan ini di tahun 2012 kelak. Sambutan terhadap tahun baru ini jangan hanya dengan hura-hura, tetapi juga kesadaran untuk bisa hidup lebih baik. Jangan sampai stagnansi dan penurunan dedikasi terjadi lagi di tahun yang akan datang. Selain itu, paradigma apatis dan retoris tidak boleh dipertahankan lagi dan harus diganti dengan paradigma yang positif, paradigma peduli dan aplikatif.


Oleh: Pangeran S Naga P
            Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
            UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

*dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Rekreasi Dalam Kreasi . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates